Latest News

Hasil Angket PIC tentang "Career"

Salam....

beberapa hari yang lalu, teman-teman dari PIC menyebarkan angket mengenai kondisi kesiapan teman-teman mahasiswa psikologi dalam menghadapi tantangan dasar dalam dunia kerja (dunia karir). so, berikut beberapa ringkasan data yang kami simpulkan.


1. Demografi Angkatan dan Jenis Kelamin


data yang terkumpul adalah sekitar 65 mahasiswa. penyebarannya memang tidak terstratifikasi dengan merata, karena ini menggunakan random sampling. margin of error dari sampling ini sebesar 11.42%. sehingga, anda bisa mempercayai 'research' ini sebesar 88%.


2. Lanjut Magister?


sebagian besar temans (52,3%) ternyata memiliki keinginan untuk lanjut studi S2. saya berbahagia sekali karena ini mengindikasikan semangat belajar yang tinggi pada teman-teman semua.

hanya saja, faktanya, dari lulusan 2007-2009 yang ada, baru 1 orang yang lanjut ke pendidikan magister.

saya tidak berintensi untuk menakut-nakuti bahwa 'in fact, yang lanjut S2 itu sedikit'. tapi, saya lebih menginginkan teman-teman realize terhadap tantangan untuk melanjutkan studi, sehingga bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

apa kira-kira penyebabnya?
saya melakukan analisa sederhana mengenai 'masa depan lulusan psikologi'. dalam analisa tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa lulusan psikologi masih sedikit yang lanjut studi pasca-sarjana. analisa tersebut sudah saya jadikan materi pemaparan untuk teman-teman mahasiswa psikologi. insya Allah nanti akan kita paparkan dalam sebuah pertemuan, bersama dengan pemaparan hasil statistik angket mapping ini.




3. Siap Menghadapi Tantangan Dunia Kerja?

kami menanyakan mahasiswa mengenai penilaian terhadap diri mereka, apakah mereka merasa mampu dan siap dalam menghadapi dunia kerja?
berikut rangkuman jawabannya.


data untuk mahasiswa yang langsung bekerja

Sebagian besar mahasiswa yang akan langsung bekerja setelah lulus S1, sudah merasa siap dan mampu dalam menghadapi dunia kerja, yaitu sebanyak 21 mahasiswa atau sebesar 67,7%.


data untuk mahasiswa yang bekerja setelah lanjut S2

sedangkan mereka yang memilih untuk melanjutkan studi terlebih dahulu sebelum bekerja, merasa lebih mampu untuk menghadapi tantangan dunia kerja. 88,2% sample ini merasa siap menghadapi tantangan dunia kerja. mungkin, karena sudah dibekali dengan banyak ilmu, menjadikan mereka lebih yakin dalam menghadapi tantangan.



4. Indikator Dasar Menghadapi Dunia Kerja

inti dari pengumpulan data angket ini, adalah mengetahui kesiapan teman-teman dalam menghadapi dunia kerja. memang, tantangan dunia kerja ada banyak aspek. namun, dalam angket ini, kami menggunakan beberapa indikator teknik dasar dalam berkarir, yang sesuai dengan kebutuhan mendesak dan memiliki solusi termudah yang mampu diatasi oleh PIC. indikator tersebut yaitu (1) kemampuan membuat surat lamaran kerja yang baik, (2) kemampuan membuat curriculum vitae yang baik, (3) kemampuan teknik sukses interview kerja, dan (4) kemampuan gesture yang baik dalam wawancara.

keempat indikator tersebut memang hanya hal yang sangat dasar. namun, kami memiliki premis "jika dasar dalam berkarir saja masih belum bisa overcome, bagaimana menghadapi aspek tantangan lainnya?"

so, berdasarkan indikator tersebut, kami membuat norma hipotetik sederhana, bahwa jika mahasiswa menjawab "Tidak" sebanyak 2 kali atau lebih, maka hal tersebut mengindikasikan "belum menguasai teknik dasar dalam berkarir".


Norma Indikator




5. Angka Berbicara



berdasarkan data yang terkumpul, sebagian besar mahasiswa (63%) psikologi belum memiliki kemampuan untuk teknis dasar dalam karir berdasarkan pada norma yang dibuat oleh PIC.
juga pada mahasiswa yang memilih untuk langsung bekerja, walaupun mayoritas (67,7%) mereka menakar diri mereka "siap menghadapi dunia kerja" , kenyataannya 68% persen dari mereka ternyata belum menguasai indikator teknik basic dalam berkarir.

Hal yang sama juga terjadi pada sampel yang memilih untuk melanjutkan S2 terlebih dahulu sebelum bekerja. walaupun penilaian terhadap diri mereka sendiri sebesar 88.2% merasa siap menghadapi tantangan dunia kerja, namun kenyataannya sebagian besar dari mereka (59%) terindikasi belum mampu menguasai teknik dasar dalam berkarir.

angka ini memang didapat dalam kondisi sample tersebut belum selesai S1. pertanyaannya, apakah keempat indikator tersebut diajarkan ketika studi S2? nyatanya tidak. 


so, bukan berarti kalau sudah S2, terus langsung ujug-ujug anda bisa membuat lamaran kerja atau CV dengan baik. sebab, sejauh yang saya tahu, itu tidak diajarkan dalam silabus mata kuliah. kecuali kalau anda rajin eksplorasi dan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh kampus anda nanti.



Kesimpulan

Pesan dari Prof. Ancok dalam kuliah umumnya sudah sangat jelas, bahwa kita menghadapi tantangan yang lebih besar dalam dunia industri ketika menghadapi free trade nanti. sebelum tantangan itu menjadi lebih besar lagi, perlu kita merenung, sudah siapkah diri kita?

bahkan, menjadi cita-cita saya, paling tidak dalam scope Kalimantan Timur-Utara, ketika salah satu dari anda ditanya "lulusan mana?" lalu anda menjawab dari Psikologi Universitas Mulawarman, maka dunia industri sudah tahu kapabilitas yang anda miliki. mungkin terkesan utopis ya? tapi saya optimis bahwa itu bisa terjadi di kemudian hari. pertanyaannya, kalau bukan sekarang kita mulai, maka kapan lagi cita-cita itu akan mulai kita raih pelan-pelan?

kondisi yang digambarkan dalam data statistik ini menjadi PR bagi kita semua, apa yang harus kita lakukan agar mahasiswa psikologi Universitas Mulawarman menjadi lulusan yang unggul, memiliki daya saing tinggi, serta dapat diperhitungkan dalam dunia kerja profesional?


kami berharap teman-teman bisa sharing melalui komentar post ini, tentang langkah konkret apa yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan generasi kalian menjadi lebih berkualitas dan lebih unggul dibanding generasi sebelumnya.

sebab, 
kita tidak bisa mengandalkan Prodi atau Fakultas sepenuhnya. Prodi dan Fakultas memiliki bermacam keterbatasan dan juga segudang masalah yang sedang dihadapi. sebaiknya kita mencari solusi kita sendiri, dari kita, oleh kita, dan untuk kita semua...

best regards,
pic.himapsi@himapsiunmul.org

4 comments:

  1. Kalo menurut saya kita jika sudh diperkenalkan teori langsung dilakukan praktek di lapangan, melakukan kunjungan2 ke beberapa instansi bisa perusahaan, rumah sakit jiwa, panti jolpo, slb, sekolah inklusi, biro , dll.
    biar kita tau fakta di lapangan, trus bisa dilakukan kerjasama kebeberapa instansi maupun lembaga misalnya mahasiswa melakukan praktek atau magang di instansi tersbut jdi ilmu yg kita dptkn bsa langsung di aplikasikan

    ReplyDelete
  2. ini konsep learning by doing ya. menarik sekali.

    saya kepikiran, pas beberapa hari yang lalu nonton berita, melihat baksos yang dilaksanakan oleh sekelompok komunitas.
    baksos tersebut dilaksanakan di panti jompo. jadi, hanya berupa mengajak orang jompo tersebut bermain dan menebar keceriaan.

    itu sebenarnya tidak ribet secara teknis. so, bisa kita lakukan itu....

    ReplyDelete
  3. Iya setuju, jujur saja saya sendiri tdk pernh kepanti jompo tapi pengen, dapat ilmu, pengalaman dan dapat pahala lagi.

    Trus saya pernh dpt tugas observasi dn wawancara di salah satu sekolah inklusi dri hasil wawancara diperoleh informasi bahwa disana kekurgn tenaga pengajar, bahkan tdk adanya guru pendamping. Nah disini kita bisa memanfaatkan mahasiswa psikologi sebagai volunter tdk perlu dibayar toh tdk ada paksaan ini untk yg ingin belajar aja

    ReplyDelete
  4. mungkin nanti boleh diaturkan oleh departemen yang bertanggung jawab ya :)

    ReplyDelete

HIMAPSI Universitas Mulawarman Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Goldmund. Powered by Blogger.