Latest News

Meniti Jalan Menuju Pengaplikasian Ilmu


saya baru saja melakukan diskusi yang menarik, yang masih berkutat seputar "bagaimana seharusnya kompetensi mahasiswa psikologi". hingga akhirnya kita kemudian membahas sebuah point penting yang mungkin selama ini kita 'kesampingkan'.

memang benar ya, setiap kita belajar di bidang apapun itu, pasti ada sebuah patokan standar keilmuan kita. dan kita memang mencoba untuk mulai berkonsentrasi untuk mempersiapkan agar mahasiswa psikologi mampu untuk mengaplikasikan keilmuan mereka di ranah pekerjaan atau di studi mereka masing-masing nanti. jika anda yang mengambil konsentrasi klinis, harus bisa mengaplikasikannya seperti apa? yang industri, harus bisa apa? dan sebagainya.

tapi, dari hasil diskusi hari ini, saya realize, bahwa ada satu step yang mungkin kita pandang sebelah mata: persiapan memasuki dunia tempat kita mengaplikasikan keilmuan kita.

jika anda ingin bekerja, tentu anda tidak bisa mengaplikasikan ilmu anda jika anda belum diterima bekerja, kan?
jika anda ingin melanjutkan magister, tentu anda tidak bisa mengexplorasi keilmuan S1 anda jika belum diterima di magister, kan?

jika anda ingin mengaplikasikan ilmu anda di sebuah Lab X, maka yang perlu anda lakukan pertama adalah mencari kunci akses menuju lab tersebut.

memang sih, mempersiapkan diri masuk ke dunia kerja, atau persiapan melanjutkan ke magister, itu adalah ranah kepentingan pribadi. itu tanggung jawab pribadi. tapi, jika ada informasi terupdate dan terpusat mengenai tata cara anda bisa lolos seleksi kerja, atau bimbingan tembus magister psikologi di berbagai universitas tertentu, tentu akan lebih memudahkan, kan?

saya jadi teringat, beberapa kali mampir di telinga saya cerita-cerita tentang orang-orang yang berlatih psikotest, berlatih TPA, dan berlatih bermacam SYARAT agar mereka bisa diterima di PNS, kepolisian, tentara, pekerjaan, dsb. mereka membeli banyak buku bimbingan untuk bahan latihan. dan bahkan, banyak diantara mereka yang mengundang 'pengajar private'.

atau, mari kita flashback ketika awal mendaftar masuk di Unmul. kita semua pasti pernah dibingungkan dengan KRS, dan segala macamnya keperluan administrasi lainnya yang tidak satu pintu. maka, akan lebih memudahkan kita ketika kita menemukan posko bantuan, kan?

saya jadi berpikir, bukan hal yang tidak mungkin jika kita berusaha menerapkan sebuah sistem pembekalan mahasiswa psikologi dengan 'kunci akses' tersebut. yang ingin bekerja, kita berikan kunci akses agar mereka kemudian sukses bekerja dan mengaplikasikan keilmuan psikologi mereka. jangan kita hanya mampu menuntut, tanpa memberikan solusi dan way-out.

so, sebelum kita menuntut mahasiswa psikologi untuk secara nyata mengaplikasikan keilmuan psikologi mereka, tentunya kita harus menyediakan sebuah solusi. solusi sederhana, agar mereka mampu memulai dan meniti jalan menuju pengaplikasian ilmu.

bagaimana caranya?
mari berdiskusi di kolom komentar...


develop not only yourself, but also others.

Warm Regards,

--
Ince Ahd Furqan

11 comments:

  1. Jadi sebenarnya apa yg harus kita lakukan agar mendapatkan solusinya???
    Saya juga bingung selama 2 tahun saya kuliah di psikologi bagaimana saya menerapkan ilmu tersebut,,,
    Dan kadang2 juga bingung ketika ditanya oleh orang lain tentang mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah,,,

    ReplyDelete
  2. Kalau masih sekarang, memang pengaplikasian ilmu kita terbatas ya. Kecuali kita terjun ke komunitas masyarakat.

    Tapi, nanti ketika dirimu lanjut studi atau bekerja, maka pengaplikasian ilmu tsb tidak terbatas lagi.

    ReplyDelete
  3. Kalo dri saya sih pengennya kita diarahkan ke tempat praktek misalnya dititipkan sebagai volunter di sekolah inklusi, slb, perusahaan atau bisa juga kan beberapa dosen punya biro nah mahasiswa bisa diajak untuk belajar sekaligus mengapliksikan ilmu yg didapat, trus ada Lab psikologi juga bisa digunakan, mahasiswa bisa dijadikan volunter untk bantu sebagai tim psikotes, dll. Jangan cuman mahasiswa pilihan itu-itu saja yang digunakan & diajak jika alasan karena mencari yang punya pengalaman. Lalu bagaimana kami yang mahasiswa biasa2 ini punya pengalaman jikalau tidak diberikan kesempatan untuk memiliki yang namanya pengalaman?

    Sebenarnya ada banyak yang menginginkan kesempatan itu hanya saja pintunya masih ditutup rapat dan kebanyakan dibuka untk org2 pilihan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sepakat dengan fenomena ini.
      tapi memang, kendala di lapangan adalah mismatch antara sdm yang ada, dengan kompetensi yang diperlukan.

      volunteer memang banyak yang tersedia. tapi, untuk menjadi volunteer yang andal, kan perlu keahlian ya. nah, masalahnya, kadang volunteer itu kan angin-anginan. mentor/tutor nya sudah melatih sedemikian rupa, ujung-ujung nya malah volunteernya pergi.
      kan kasihan mentor/tutornya, jadi ga bisa fokus di project. malah terlalu lama di pengkaderan, sebab kadernya hilang terus.
      itulah yang menyebabkan, beberapa badan/instansi menggunakan orang yang itu-itu aja. karena melatih orang baru merupakan hal yang tidak mudah juga.

      kemudian, yang insen maksud adalah ranah praktek untuk pengaplikasian ilmu psikologi ya? itu memang penting banget. saya setuju itu. tapi dengan fenomena terbatasnya kesempatan (seperti saya sebutkan diatas), maka menjadi tantangan untuk kita di himapsi, membuat sebanyak-banyaknya lapangan praktek untuk teman2 mahasiswa psikologi.

      Delete
    2. sepertinya kita masih belum banyak memberikan praktek ilmu di lapangan ya? nah, ditunggu aja ya kapan waktunya akan tiba :D

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. yang saya maksud dalam tulisan ini, mengenai persiapan kita sebelum mengaplikasikan keilmuan kita.
    seperti yang saya sebutkan:
    "jika anda ingin bekerja, tentu anda tidak bisa mengaplikasikan ilmu anda jika anda belum diterima bekerja, kan?"

    artinya, menjadi tantangan untuk kita, mencari sebuah formulasi agar teman2 psikologi LEBIH MUDAH DITERIMA BEKERJA, sehingga lebih cepat mengaplikasikan keilmuan psikologinya :)

    ReplyDelete
  6. Setelah dibaca kembali dan dicerna baik-baik, sebenarnya kita sudah punya solusi loh, banyak bahkan. Tinggal kitanya saja mau mencari jalan dan menekuninya baik-baik atau hanya mau mencari jalan tapi tidak menekuni atau sama sekali tidak mau mencari jalan.

    Kompetensi yang dimiliki setiap orang memang berbeda, oleh sebab itu ditemukan salah satu cara belajar dengan cara tutor sebaya. Jika yang ditunjuk untuk mengikuti kegiatan psikotes, misalnya, itu-itu saja, kenapa tidak belajar dari mereka? Banyak juga pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan kompetensi. Jika tidak bisa mengikuti karena suatu kendala, kenapa tidak belajar dari mereka yang mengikuti pelatihan?
    Menurut saya, solusi sudah banyak sekali di depan mata. Tinggal kitanya saja mau memilih salah satu solusi tersebut dan menekuninya atau hanya menikmati hidup sebagai mahasiswa yang takut nilainya anjlok lalu tidak mau mengikuti berbagai kegiatan di samping kuliah? :)

    Untuk Muhly, saya curhat sedikit boleh ya? Hehe
    Pada awal kuliah saya sebelum mengikuti organisasi berbau psikologi, saya belum paham bagaimana menerapkan ilmu. Karena pada saat itu toh saya mahasiswa baru yang notabene masih menyerap ilmu baru dan masih takut nilai anjlok jika tidak fokus, sama sekali tidak memikirkan penerapan ilmu. Tapi makin ke sini, saya ingin menerapkan ilmu yang saya peroleh. Mengapa? Karena saya sadar saya adalah mahasiswa yang bukan lagi seorang siswa yang mencari nilai demi kelulusan.
    Kembali ketika belum mengikuti organisasi.
    Dulu, ketika ada yang meminta solusi atau "curhat" pada saya, saya hanya menggunakan jurus "sok tahu" dan mungkin rasa kemanusiaan yang lebih besar dari mereka (karena sudah belajar sedikit mengenai ilmu psikologi). Mereka ya mana tahu kalau saya menggunakan jurus sok tahu. Hahaha..
    Jujur, sulit bagi saya untuk menerapkan ilmu psikologi secara individu, apalagi neuron dalam otak yang berisi ilmu psikologi itu masih sedikit, kalah jumlahnya sama neuron terkait main dan jalan-jalan bersama teman-teman. Namun kemudian saya mencoba mengikuti organisasi. Di dalamnya saya belajar banyak. Memang sulit jika hanya mengikuti, kadang kita harus berinovasi juga di dalamnya. Tapi di sana saya belajar menerapkan ilmu psikologi secara perlahan. Bagi saya ini adalah kunci awal untuk menuju pengaplikasian ilmu yang lebih besar. Sisanya, saya berusaha menumbuhkan neuron-neuron terkait psikologi lebih banyak dengan mengexplore hal-hal mengenai psikologi secara individu, mungkin dengan membaca artikel-artikel, diskusi dengan teman atau senior, atau coba-coba mengobservasi orang lain dengan sengaja. Hahaha..
    Masalahnya, siapa yang peduli dengan perkembangan kita selain diri kita sendiri? Orang tua? Duh, kita bukan siswa.

    ReplyDelete

HIMAPSI Universitas Mulawarman Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Goldmund. Powered by Blogger.